FISIOTERAPI PADA KANKER PAYUDARA
Kanker payudara menjadi salah satu kondisi paling umum di seluruh dunia dan juga di Indonesia. Kanker sekarang juga dinyatakan sebagai jenis utama penyebab kecacatan. Kanker payudara adalah jenis kanker yang paling umum menyerang wanita. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyatakan, angka kanker payudara di Indonesia mencapai 42,1 orang per 100 ribu penduduk.
Wanita dengan kanker payudara sering menjalani perawatan dengan beberapa jenis operasi yang dapat mencakup biopsi payudara, lumpektomi, mastektomi, pengangkatan kelenjar getah bening, dan operasi rekonstruksi payudara.
Hal ini dapat menyebabkan beberapa efek samping seperti rasa sakit, kekakuan, lymphoedema dll. Ini juga mempengaruhi seberapa baik Anda dapat menggerakkan bahu dan lengan Anda atau melakukan ADL Anda (aktivitas sehari-hari) seperti berpakaian, mandi dan menyisir rambut Anda. Rasa sakit dan kekakuan dapat menyebabkan kelemahan dan membatasi gerakan lengan dan bahu Anda.
Banyak pasien yang menjalani operasi payudara datang ke fisioterapi sebagai bagian dari pemulihan mereka, terutama pasca operasi yang sering terjadi adanya keluhan pada lengan atau bagian tubuh anggota gerak secara umum. Peran fisioterapi dalam kondisi tersebut sangat dibutuhkan untuk pasien yang telah menjalani operasi payudara termasuk operasi untuk mengobati kanker payudara atau pasca radiasi pada payudara. Peran Fisioterapi sangat penting setelah operasi kanker payudara untuk mengatasi rasa sakit, meredakan kekauan pada leher, punggung, dada, dan bahu, meningkatkan lingkup gerak sendi, meningkatkan daya tahan pasca operasi, meningkatkan kekuatan dan kebugaran kardiovaskular, dan memperbaiki ketidaksejajaran postur tubuh dll. Untuk mencegah komplikasi Fisioterapis menggunakan beberapa teknik fisioterapi, yaitu:
Chest Physiotherapy: Latihan untuk membantu meningkatkan kapasitas aerobik (jantung-paru) penting bagi wanita yang menderita kanker payudara. Evidence base membuktikan bahwa kebugaran dan penurunan berat badan dapat membantu menurunkan risiko kanker yang akan kembali setelah perawatan. Oleh karena itu beberapa latihan pernapasan seperti latihan spirometri, latihan pernapasan dalam (ekspansi dada dan pernapasan diafragma) sangat umum untuk mempertahankan fungsi paru-paru yang normal juga untuk mencegah komplikasi paru.
Myofascial release: Setelah operasi kanker payudara, seorang pasien mungkin mengalami nyeri tekan dan spasme otot di sekitar area operasi termasuk dinding dada, bahu, dan lengan. Dengan di berikan myofascial release dan mobilisasi jaringan lunak dapat membantu mengurangi spasme otot sehingga mengurangi rasa sakit dan kelemahan otot.
Lymphatic drainage massage: Teknik fisioterapi khusus yang dirancang untuk membantu mengurangi risiko limfedema, atau pembengkakan di lengan, di sisi tempat Anda menjalani operasi. Latihan-latihan ini terutama dirancang untuk membantu mendapatkan kembali lingkup gerak pada lengan dan bahu.
Latihan peregangan dan penguatan (Stretching and strengthening exercise): Fisioterapis dapat mencegah ketidakseimbangan otot yang terjadi setelah operasi payudara. Fisioterapis meregangkan otot yang pendek dan menguatkan otot yang lemah. Latihan ini tidak dimulai dari 4 hingga 6 minggu setelah operasi dan harus disesuaikan dengan kondisi kesehatan secara umum, kondisi medis, dan kebugaran Anda. Mungkin yang terbaik untuk memulai program penguatan dalam pengaturan yang diawasi dengan fisioterapis yang terlatih khusus dalam fisioterapi pasca-kanker untuk memastikan Anda melakukan latihan dengan benar.
Untuk informasi lebih lanjut mengenai fisioterapi pada Fisioterapi pada kanker payudara, silahkan Hubungi Kami